Kau sodorkan segelas kopi kearahku, “cobalah” katamu.
“aku tak suka kopi, tak cocok di lidahku” aku menolaknya.
“tidak yang
ini cocok di lidahmu, sudahlah minum saja apa susahnya”
Sedetik semudian ku ambil secangkir kopi yang kau sodorkan tadi.
Bbuurrrrr…. Pahit rasanya, aku menyemburkan kopi pahit itu
tepat depan mukamu. Bukannya mengelap muka, kau malah tertawa terbahak bahak
hingga matamu yang sipit semakin hilang.
Kau masih saja seperti dulu, selalu bisa membujukku, mencoba
hal hal yang tak ku senangi. Tak hanya perkara kopi pahit ini. Kau yang membujukku
ikut klub sari laut, klub yang aku kira acara, untuk makan makan segala macam
ikan. Taukah kau seharian aku tak makan, agar malamnya aku bisa menikmati ikan
sekenyang mungkin. Sudah habis sesorean aku kelaparan, malamnya kau tak datang,
hape mu mati. Aku ketiduran karena lapar. Jam 2 pagi kau mengetuk pintu
kamarku. Berdiri tegak memamerkan deretan gigi putihmu. “ayo…. Kita berangkat”
katamu .
Ingin rasanya aku menutup pintu kamar didepan mukamu, tapi
kau terlanjur masuk mengambil tas ransel dan menyebutkan barang apa saja yang
harus kubawa.
Seharusnya kau bilang dari awal kalo klub sari laut itu klub
para pecinta hewan laut, bukan klub pecinta makanan laut. Dan acara pagi itu
adalah menyelamatkan telur penyu di pantai. Sialnya saat aku marah kau malah
menertawakanku.
Kau juga yang mengenalkanku pada sepeda. kepadaku yang sudah
20tahun ini tak pernah bisa naik sepeda. Pengalaman jatuh dari sepeda waktu aku
kecil membuatku takut setengah mati untuk naik sepeda.
Sore itu kau datang membawa sepeda, saat aku tanya untuk apa
sepeda itu, kau dengan enteng menjawab “untuk dinaikin laaahhh” .
“siapa” tanyaku .
“kamu” jawabmu sambil menarik tanganku, memegang tanganku
dan menuntunku menaikinya. Membuatku jatuh berkali kali dan dengan terbahak
bahak pula kau menertawaiku.
Satu minggu kau
datang megajariku dengan sabar, jika ku perhatikan tiap datang selalu saja ada
plester atau koyo yang menempel di badanmu.
Saat kutanya kenapa kau mengajariku naik sepeda, kau hanya
berkata “biar sehat, biar tak manja lemakmu itu”.
Dan sekarang, kau masih tertawa terbahak bahak melihatku
kepayahan meneguk sebotol air mineral punyamu.
”kau gila” kataku, tak akan kupercaya lagi bujuk rayumu itu.
”kau gila” kataku, tak akan kupercaya lagi bujuk rayumu itu.
“kau itu terlalu polos kawan” katanya.
Kuperhatikan hari ini kau berbeda, kulihat kau terlihat
lebih rapi, lebih wangi, dan astaga….. kau tak lagi memakai kacamata. Dan kau
terlihat.. sempurna dalam balutan kemeja biru polos itu. Wajahku bersemu merah.
“Na.. apakah aku ini pantas mencintai seseorang?” katamu
tiba tiba, raut wajahmu berubah. Tak lagi menahan tawa.
“maksudmu” kataku, hampir saja aku tersedak.
“iya na.. sepertinya aku jatuh cinta. jatuh cinta untuk
pertama kalinya” mukamu tersipu merah.
Tak pernah kulihat kau begitu, begitu malu hingga bersemu.
Matamu yang selalu tertutup lensa kacamata kini bisa kulihat jelas. Kau punya mata yang indah. Kenapa aku baru
sadar sekarang kalau matamu seindah itu.
“iya na aku suka dengan nya, dengannya yang selalu membuatku
tak enak makan, tak bisa tidur, membuatku sujud lebih lama hanya untuk menyebut
namanya dalam setiap doaku” .kau terdiam lama.
“namanya kaysa, dia adik kawanku. Aku baru mengenalnya
3bulan lalu”. Kau melanjutkan siapa “dia” dengan mata indahmu.
Aku terdiam mendengarmu bercerita. Hingga akhirnya kau
berkata “aku tak ingin kehilangannya”.
Aku membuka mata berharap tadi mimpi.
“untunglah na kau sadar, aku takut sekali tadi” kau duduk
disamping ranjangku. Di sampingmu ada teman teman yang lain. Aku pingsan di cafe.
Ternyata itu tadi bukan mimpi. Aku memejamkan mataku lagi berharap untuk tidur
lebih lama.
Aku bersepeda malam ini, sendiri, mengayuhnya sekuat tenaga.
Terserah roda ini mau membawa ku kemana. Aku terjatuh 2kali,pertama ditikungan lalu di
turunan. Sakit tak kurasa dan tetap kulanjutkan mengayuh sepeda. Ku belokkan
sepedaku kearah pantai. Aku duduk di pasir, ku teguk segelas air mineral yang
kubawa tadi.
Pantai malam ini ramai, ada banyak pelancong. Aku berada di
barat menepi sendiri. Menunduk dan tak terasa air mata mulai menetes. Aku yang
memendam rasa ini sendiri. Kau yang membuatku memupuk rasa yang harusnya aku
cabut dari awal. Kini tumbuh subur didalam hatiku. Menelusup hingga rasa
terdalam. Iya aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu. Mencintai segala yang kau
ajarkan padaku. Mencintaimu dalam diam. Kini aku tau kenapa aku selalu
mengikuti kemana kau melangkah, karena aku tak ingin tertinggal oleh bayangmu.
Kini aku tau kenapa aku tak pernah bisa marah padamu, karena aku mencintai
segala hal yang membuatku tersenyum akan tingkahmu. Kini aku tau kenapa aku
selalu mendengarkanmu karena aku tak ingin kehilangan 1 hal pun darimu. Dan
kini aku harus mengingatmu sama seperti aku mengenalmu. Mengenal ragamu tak
berarti aku dapat mengenal hatimu.
Rasa ini tak pernah sama, awal kau membuatku merasa hambar,
kemudian kau mengenalkanku akan rasa asin air laut , membuatku tau rasa asam
dalam berusaha hingga merasakan manisnya merindumu. Sekarang saatnya kau
ajarkan rasa pahit karena mencintaimu. Begitukah caramu memberikanku secangkir
air tawar. Agar aku dapat mengisinya dengan rasa yang ku pilih sendiri. Aku tak
tahu yang pasti aku merasa asin di mulutku dan pahit didadaku.
0 komentar:
Posting Komentar