Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Secangkir Rasa


Kau sodorkan segelas kopi kearahku, “cobalah” katamu.
“aku tak suka kopi, tak cocok di lidahku” aku menolaknya.
“tidak yang ini cocok di lidahmu, sudahlah minum saja apa susahnya”
Sedetik semudian ku ambil secangkir kopi yang kau sodorkan tadi.
Bbuurrrrr…. Pahit rasanya, aku menyemburkan kopi pahit itu tepat depan mukamu. Bukannya mengelap muka, kau malah tertawa terbahak bahak hingga matamu yang sipit semakin hilang.
Kau masih saja seperti dulu, selalu bisa membujukku, mencoba hal hal yang tak ku senangi. Tak hanya perkara kopi pahit ini. Kau yang membujukku ikut klub sari laut, klub yang aku kira acara, untuk makan makan segala macam ikan. Taukah kau seharian aku tak makan, agar malamnya aku bisa menikmati ikan sekenyang mungkin. Sudah habis sesorean aku kelaparan, malamnya kau tak datang, hape mu mati. Aku ketiduran karena lapar. Jam 2 pagi kau mengetuk pintu kamarku. Berdiri tegak memamerkan deretan gigi putihmu. “ayo…. Kita berangkat” katamu .
Ingin rasanya aku menutup pintu kamar didepan mukamu, tapi kau terlanjur masuk mengambil tas ransel dan menyebutkan barang apa saja yang harus kubawa.
Seharusnya kau bilang dari awal kalo klub sari laut itu klub para pecinta hewan laut, bukan klub pecinta makanan laut. Dan acara pagi itu adalah menyelamatkan telur penyu di pantai. Sialnya saat aku marah kau malah menertawakanku.
Kau juga yang mengenalkanku pada sepeda. kepadaku yang sudah 20tahun ini tak pernah bisa naik sepeda. Pengalaman jatuh dari sepeda waktu aku kecil membuatku takut setengah mati untuk naik sepeda.
Sore itu kau datang membawa sepeda, saat aku tanya untuk apa sepeda itu, kau dengan enteng menjawab “untuk dinaikin laaahhh” .
 “siapa” tanyaku .
“kamu” jawabmu sambil menarik tanganku, memegang tanganku dan menuntunku menaikinya. Membuatku jatuh berkali kali dan dengan terbahak bahak pula kau menertawaiku.
Satu  minggu kau datang megajariku dengan sabar, jika ku perhatikan tiap datang selalu saja ada plester atau koyo yang menempel di badanmu.
Saat kutanya kenapa kau mengajariku naik sepeda, kau hanya berkata “biar sehat, biar tak manja lemakmu itu”.

Dan sekarang, kau masih tertawa terbahak bahak melihatku kepayahan meneguk sebotol air mineral punyamu.
”kau gila” kataku, tak akan kupercaya lagi bujuk rayumu itu.
“kau itu terlalu polos kawan” katanya.
Kuperhatikan hari ini kau berbeda, kulihat kau terlihat lebih rapi, lebih wangi, dan astaga….. kau tak lagi memakai kacamata. Dan kau terlihat.. sempurna dalam balutan kemeja biru polos itu. Wajahku bersemu merah.
“Na.. apakah aku ini pantas mencintai seseorang?” katamu tiba tiba, raut wajahmu berubah. Tak lagi menahan tawa.



“maksudmu” kataku, hampir saja aku tersedak.
“iya na.. sepertinya aku jatuh cinta. jatuh cinta untuk pertama kalinya” mukamu tersipu merah.
Tak pernah kulihat kau begitu, begitu malu hingga bersemu. Matamu yang selalu tertutup lensa kacamata kini bisa kulihat jelas.  Kau punya mata yang indah. Kenapa aku baru sadar sekarang kalau matamu seindah itu.

“iya na aku suka dengan nya, dengannya yang selalu membuatku tak enak makan, tak bisa tidur, membuatku sujud lebih lama hanya untuk menyebut namanya dalam setiap doaku” .kau terdiam lama.
“namanya kaysa, dia adik kawanku. Aku baru mengenalnya 3bulan lalu”. Kau melanjutkan siapa “dia” dengan mata indahmu.
Aku terdiam mendengarmu bercerita. Hingga akhirnya kau berkata “aku tak ingin kehilangannya”.
Aku membuka mata berharap tadi mimpi.
“untunglah na kau sadar, aku takut sekali tadi” kau duduk disamping ranjangku. Di sampingmu ada teman teman yang lain. Aku pingsan di cafe. Ternyata itu tadi bukan mimpi. Aku memejamkan mataku lagi berharap untuk tidur lebih lama.

Aku bersepeda malam ini, sendiri, mengayuhnya sekuat tenaga. Terserah roda ini mau membawa ku kemana. Aku terjatuh 2kali,pertama ditikungan lalu di turunan. Sakit tak kurasa dan tetap kulanjutkan mengayuh sepeda. Ku belokkan sepedaku kearah pantai. Aku duduk di pasir, ku teguk segelas air mineral yang kubawa tadi.
Pantai malam ini ramai, ada banyak pelancong. Aku berada di barat menepi sendiri. Menunduk dan tak terasa air mata mulai menetes. Aku yang memendam rasa ini sendiri. Kau yang membuatku memupuk rasa yang harusnya aku cabut dari awal. Kini tumbuh subur didalam hatiku. Menelusup hingga rasa terdalam. Iya aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu. Mencintai segala yang kau ajarkan padaku. Mencintaimu dalam diam. Kini aku tau kenapa aku selalu mengikuti kemana kau melangkah, karena aku tak ingin tertinggal oleh bayangmu. Kini aku tau kenapa aku tak pernah bisa marah padamu, karena aku mencintai segala hal yang membuatku tersenyum akan tingkahmu. Kini aku tau kenapa aku selalu mendengarkanmu karena aku tak ingin kehilangan 1 hal pun darimu. Dan kini aku harus mengingatmu sama seperti aku mengenalmu. Mengenal ragamu tak berarti aku dapat mengenal hatimu.
Rasa ini tak pernah sama, awal kau membuatku merasa hambar, kemudian kau mengenalkanku akan rasa asin air laut , membuatku tau rasa asam dalam berusaha hingga merasakan manisnya merindumu. Sekarang saatnya kau ajarkan rasa pahit karena mencintaimu. Begitukah caramu memberikanku secangkir air tawar. Agar aku dapat mengisinya dengan rasa yang ku pilih sendiri. Aku tak tahu yang pasti aku merasa asin di mulutku dan pahit didadaku.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar